Teman-teman pengen enggak sih lihat langit yang selalu cerah biru menyenangkan? Ngerasain bumi yang tetap sejuk, hijau dan asri? Enggak ada banyak bencana? Pengen, pasti.
Tapi perubahan iklim nyata sedang kita alami. Peningkatan suhu, pemasanan global, cuaca ekstrem: kemarau panas banget, waktu hujan sering banjir, kawasan pesisir banjir dan pulau kecil terancam tenggelam, bencana lingkungan seperti kebakaran hutan, kekeringan-gagal panen, banjir, banjir bandang, tanah longsor sampai gelombang pasang, selimut polusi di atmosfer makin menebal.
Penyebabnya banyak, antara lain penggunaan kendaraan pribadi berbahan bakar fosil, listrik dari energi fosil, pembabatan dan pembakaran hutan yang disengaja tanapa bertanggung jawab, dan lain sebagainya.
Di Online Gathering bareng sama Eco Blogger Squad (EBS) bulan November kali ini temanya cukup menarik, yaitu Transisi Energi dan Selimut Polusi. Cukup awam buat aku, makanya seneng banget dapet ilmu baru dari Kak Fariz dari Traction Energy Asia dan juga diskusi seru bareng teman teman EBS.
Ada salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi selimut polusi di atmosfer, yaitu transisi energi. Apakah cukup asing istilahnya di telinga teman-teman? Aku pun belum tahu banyak. Ternyata transisi energi adalah mencoba mengurangi penggunaan energi fosil dengan energi non-fosil yang rendah polusi dan emisi gas rumah kaca. Caranya yaitu dengan mencoba mengganti sumber daya fosil ke sumber daya terbarukan yang non-fosil seperti biodiesel, biogas, tenaga matahari atau tenaga angin.
Seberapa penting sih transisi energi itu? Mengapa kita perlu melakukannya? Efek Gas Rumah Kaca (Efek GRK) makin banyak menyelimuti bumi, dan itu disebabkan oleh peningkatan penggunaan kendaraan probadi berbahan bakar fosil, penggunaan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik dan pembabatan hutan untuk produksi sumber energi.
GRK bisa menyebabkan naiknya kumpulan polusi yang menyelimuti atmosfer bumi, kemudian perlahan meningkatkan suhu permukaan bumi (global warming) dan menyebabkan perubahan cuaca secara luas dalam jangka waktu yang panjang (perubahan iklim). Perubahan iklim pun menyebabkan terjadinya bencana lingkungan.
Transisi energi diperlukan untuk mengikis selimut polusi/polutan yang menyelimuti atmosfer bumi untuk mencegah timbulnya bencana lingkungan.
Lalu apa saja yang bisa menjadi sumber energi terbarukan? Enggak perlu jauh-jauh, ternyata sampah di sekeliling kita bisa jadi sumber energi terbarukan loh. Wah aku juga baru tahu. Contohnya biodiesel dari minyak jelantah untuk bahan bakar nabati (biofuel) yang bisa untuk kapal laut dan kapal penangkap ikan. Lalu sampah dan limbah organik seperti sampah sayur atau buah untuk biogas penghasil tenaga listrik.
Transisi energi ini memang penuh tantangan, terutama di sektor transportasi dan kelistrikan. Contohnya Biodiesel yang belum menggunakan bahan baku biofuel generasi kedua (dari limbah) yang tersedia melimpah seperti minyak jelantah. Penggunaan biodiesel dari CPO juga masih berisiko menyebabkan penebangan hutan jika terjadi peningkatan permintaan biodiesel.
Lalu untuk kendaraan listrik, di tahun 2020 67% pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar dari batu bara dan masih perlunya peningkatan pembangkit listrik energi terbarukan dan pemensiunan PLTU batu bara dan PLTD diesel untuk digantikan dengan PLT energi terbarukan.
Sedangkan di sektor kelistrikan, tantangan transisi energi diantaranya pasokan energi matahari dan angin tergantung musim dan periode, pasokan air untuk PLTA dan PLTMH pun memerlukan ekosistem sungai yang terjaga kelestariannya.
Walaupun penuh tantangan, upaya ini layak untuk diperjuangkan bersama. Negara lain dari Lembaga Internasional pun sudah mulai membantu transisi energi Indonesia.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa mulai dari mengumpulkan limbah rumah tangga untuk bahan baku energi non-fosil (biodiesel dan biogas), mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, menghemat penggunaan listrik, menyebarkan info tentang praktik baik inovasi pemanfaatan energi terbarukan (non-fosil) dan juga mengkampanyekan penggunaan produk energi terbarukan.
Semoga upaya transisi energi ini bisa terus lancar demi terwujudnya Indonesia net zero emission.
4 Comments
Latifika Sumanti
Aku jadi semangat lagi ngumpulin minyak jelantah. Tapi masalahnya distribusi nya kemana ;( sedih banget pas aku tanya bank sampah dekat rumah gak nerima sampah jelantah. Organisasi swasta juga gak jalan. *jadicurhat
Lintang
Ternyata minimnya kurikulum energi terbarukan di perguruan tinggi juga menjadi salah satu hambatan yah mba. Yah setidaknya kita bisa melakukan tindakan sederhana seperti mengumpulkan limbah rumah tangga seperti minyak jelantah untuk transisi energi yah kak.
Laily M Octavia
Betul banget kak… Kita butuh berinovasi dengan bertransisi energi.. Untuk menekan laju pemanasan globla
Dee_Arif
Jangan sampai selimut polusi jadi tebal ya mbak
Harus dikikis, caranya dengan transisi energi